Bisnis yang dijalankan tanpa etika akan berdampak kepada kondisi usaha itu sendiri. Disamping harta yang didapat tidak berkah juga akan mendatangkan kemurkaan Allah. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al a’raf[7]:96)
Islam sendiri menyuruh kita berikhtiar adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang dapat mendekatkan kepada keridhaan-Nya. Dan berjihadlah pada jalan-Nya semoga kamu beruntung.” (QS. Al Maidah [5]:35)
Ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk berjihad dan bersungguh-sungguh menegakkan aturan Allah, terutama dalam berbisnis. Praktek usaha tanpa etika yang hanya mencari keuntungan pribadi sudah harus kita tinggalkan.
Yakinlah etika Islam akan membimbing manusia dalam menetukan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Karena betapapun canggihnya ilmu ekonomi, kalau orang yang menjalankannya tidak beretika, maka ilmunya hanya digunakan untuk kejahatan dan memperkaya diri sendiri.
Ilmu ekonomi yang dilandasi etika akan mengarahkan orang untuk hidup lebih baik, hemat, dan terkendali. Di samping itu akan mendorong orang untuk berpikir tentang kehidupan akhirat sehingga tidak terlena dengan kemewahan dunia.
Keyakinan akan adanya kehidupan akhirat akan mampu menahan nafsu duniawi sehingga orang tidak berlomba-lomba menumpuk kekayaan semata. Pada akhirnya semua kekayaan akan ditinggalkan. Yang bisa dibawa hanyalah amal selama di dunia. ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Ankabut [29]: 64)
Allah Swt. juga berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus[10]:7-8)
Rasulullah pun telah mengajarkan etika dalam berbisnis. Ini terlihat dari hadis beliau, ”Rahmat Allah atas orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan ketika ia membuat keputusan.” (HR. Bukhari). Dalam hadis yang lain, “Hindari banyak bersumpah ketika melaksanakan transaksi dagang, sebab itu dapat menghasilkan suatu penjualan yang cepat lalu menghapuskan berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Ala al Maududi dalam bukunya Esensi al Quran menuliskan beberapa etika dalam berbisnis.
1. ”Dan janganlah sebagian diantara kamu memakan harta benda dari yang lain dengan cara yang batil, dan janganlah kamu membawa(urusan) harta itu kepada para hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain dengan jalan yang tercela padahal kamu mengetahui.” (QS. Al baqarah[2]:188) Maksudnya di sini adalah berupaya mempengaruhi pengadilan untuk mengklaim secara curang harta orang lain atau menawarkan uang suap kepada hakim demi memperoleh keputusan yang menguntungkan.
2. ”Jika diantara kamu diberi kepercayaan oleh yang lain maka hendaknya yang dipercaya itu menunaikan amanahnya dan hendaklah ia bertakwa kepad Allah, Tuhannya. (QS. Al Baqarah[2]:238)
3. ”Barang siapa yang menyelewengkan (harta masyarakat) akan mempertangung jawabkannya di hari kiamat apa yang diselewengkannya itu. Dan kemudian setiap orang akan diberikan pembalasan yang setimpal terhadap apa yang dikerjakannya, tanpa dianiya sedikitpun. (QS. Ali Imran[3]:161)
4. ”Pencuri laki-laki atau perempuan hedaklah dipotong tangannya.” (QS. Al Maidah[5]:41)
5. ”Celaka besarlah orang-orang yang curang, mereka yang apabila menerima takaran dari orang lain minta dipenuhi tetapi bila menakar utuk orang lain mereka menguranginya.” (QS. Al Muthafifin [83]:1-3)
6. ”Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, judi, persembahan kepada berhala, dan undian nasib dengan panah adalah perbuatan yang keji, termasuk perbuatan syetan, karena itu jauhilah perbuatan-perbuatan tersebut agar kamu memperoleh keuntungan.” (QS. Al Maidah[5]:90)
7. ”Allah telah menghalakan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al Baqarah [2]:275) Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al Baqarah[2]:278)
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ekonomi islam adalah ekonomi ilahiah karena titik tolaknya berangkat dari Allah. Tujuan berbisnis adalah mencari ridha Allah dan tidak bertentangan dengan syariat-Nya. Aktivitas bisnis harus dikaitkan dengan prinsip ilahiah dan pada tujuan ilahi. Niat kita pun melakukan aktivitas ekonomi hanya karena memenuhi perinta Allah Swt.
Al Quran mengajarkan kita untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal dan meninggalkan cara-cara yang diharamkan. Allah menegaskan dalam al Quran, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah memakan harta benda sesamamu dengan cara yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” (QS. Annisa[4]:29) Wallahua’lam. ***